Jurnal Refleksi dan Artefak Perancang dan Pengembangan Kurikulum-Seminar PPG
Jurnal Refleksi dan Artefak Perancang dan Pengembangan Kurikulum
Tulisan ini berisi hasil refleksi belajar pada mata kuliah Perancang dan Pengembangan Kurikulum. Di dalamnya memuat empat tahap, antara lain: review pengalaman belajar, refleksi pengalaman belajar yang dipilih, analisis artefak pembelajaran dan pembelajaran bermakna (good practices). Selain itu, terdapat bukti artefak yang akan membantu mendukung hasil refleksi tersebut. Berikut ini merupakan hasil dari jurnal refleksi pada mata kuliah Perancang dan Pengembangan Kurikulum.
1. Review Pengalaman Belajar
Dari mata kuliah Perancang dan Pengembangan Kurikulum saya belajar mengenai kurikulum terutama kerangka UbD (Understanding by Design). Kurikulum akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan pendidikan. Kurikulum sebagai suatu sistem merupakan bagian dari sub sistem kerangka organisasi sekolah, yang menyangkut penentuan segala kebijaksanaan tentang kurikulum. Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu tujuan, isi, strategi (proses penyampaian), serta evaluasi. Keempat komponen tersebut saling keterkaitan, apabila salah satu komponen tidak ada maka tidak dapat dikatakan sebagai kurikulum. Guru perlu mengembangkan keempat komponen tersebut secara tepat, berkaitan dan sesuai.
Dalam mengembangkan kurikulum banyak pihak yang terlibat antara lain administrator pendidikan, para ahli bidang kurikulum, ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, guru, orang tua, dan tokoh masyarakat. Kurikulum yang ideal dikembangkan berdasarkan prosedur dan model yang sesuai. Salah satu model pengembangan kurikulum yang berangkat dari hasil belajar adalah UbD (Understanding by Design). Kurikulum UbD memiliki sebuah alur yang disebut Backward Design atau desain mundur. Backward Design dimulai dengan hasil akhir yang diinginkan (sasaran atau standar) kemudian diturunkan berdasarkan bukti pembelajaran (diperoleh melalui penilaian berdasarkan tujuan dan standar), dan selanjutnya baru perencanaan pengalaman belajar dan pembelajaran. Alur Backward Design meliputi: identifikasi hasil yang diinginkan, tentukan bukti penilaian, dan merencanakan pembelajaran.
UbD memiliki capaian pembelajaran berupa pemahaman (understanding). Pemahaman yang dimaksud yaitu menyeluruh, di mana peserta didik memahami konten pembelajaran dan juga memahami apapun akibat dari aktivitas belajar. Dalam UbD pemahaman perlu diungkapkan melalui berbagai jenis bukti. Terdapat penilaian dan evaluasi UbD diantaranya: dapat menjelaskan, dapat menafsirkan, dapat menerapkan, memiliki perspektif, dapat berempati, dan memiliki pengetahuan diri. UbD memiliki penilaian yang terbuka yaitu unjuk kerja. Proses evaluasi unjuk kerja peserta didik didasarkan pada penilaian melalui kriteria-kriteria tertentu. Kriteria dalam kategori yang tepat yaitu kriteria yang dapat menyoroti aspek-aspek bukti dari untuk kerja (sesuai tujuan pembelajaran). Rancangan pembelajaran dalam UbD antara lain: W-Where and Why, H-Hook dan Hold, E-Explore and experience, enable and equip, R-Reflect, rethink, revise, E-Evaluate work and progress, T-Tailor and personalize the work, O-Organize for optimal effectiveness. Adapun implementasi UbD diantaranya: sumber belajar, aktivitas pembelajaran, dan paradima pembelajaran.
2. Refleksi Pengalaman Belajar yang di Pilih
Topik yang dipilih yaitu UbD sebagai kerangka kerja kurikulum, hal tersebut dikarenakan guru menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum yang ideal harus dikembangkan berdasarkan prosedur dan model yang sesuai salah satunya dengan UbD atau Understanding by Design. UbD dimaknai sebagai desain untuk sebuah pemahaman yang mendalam. Artinya, peserta didik tidak hanya mengetahui sebuah topik dan pembahasannya tetapi segala hal yang berkaitan dengan pemahaman tersebut. Kurikulum UbD memiliki alur yang disebut Backward Design atau desain mundur. Backward Design memiliki tiga tahap meliputi: identifikasi hasil yang diinginkan, tentukan bukti penilaian, dan merencanakan pembelajaran.
Dalam identifikasi hasil yang diinginkan, guru membuat prioritas pembelajaran berdasarkan kinerja jangka panjang, kinerja yang pada akhirnya peserta didik dapat melakukan apa yang telah dipelajarinya. Hal ini disebabkan UbD menekankan aktivitas transfer, artinya apa yang dipahami peserta didik ditransfer dalam kehidupannya. Selanjutnya tentukan bukti penilaian, guru perlu menunjukkan bukti bahwa peserta didik telah mencapai hasil yang diinginkan dalam memenuhi standar. Dalam pengumpulan bukti tersebut perlu mempertimbangkan berbagai metode penilaian salah satunya tugas projek dan bukti lainnya seperti quiz, tes, pengamatan atau portofolio. Penilaian yang disarankan yaitu peer assessment, karena dengan peer assessment peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat dalam penilaian diri dan teman sejawat untuk mengetahui pekerjaannya telah sesuai serta memenuhi standar. Kemudian merencanakan pembelajaran, pengajaran untuk sebuah pemahaman mengharuskan peserta didik diberi banyak kesempatan untuk menarik kesimpulan dan membuat generalisasi untuk dirinya sendiri dengan dukungan guru. Sebab dalam UbD guru bukan satu-satunya sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator pembuatan makna dan pelatih yang memberikan feedback dan saran terhadap konten yang efektif.
Untuk mempelajari topik-topik pada mata kuliah Perancang dan Pengembangan Kurikulum yaitu dengan menggunakan alur MERDEKA meliputi: Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antarmateri, dan Aksi nyata. Adapun strategi yang diimplementasikan dalam mempelajari topik-topik tersebut adalah dengan berkolaborasi dengan teman, membaca jurnal, dan mencari sumber dari internet.
3. Analisis Artefak Pembelajaran
Artefak yang dicantumkan berupa peta pikiran mengenai kerangka UbD yaitu Backward Design yang memiliki tiga tahap dalam mengembangkan kurikulum. Berikut ini artefak yang dimaksud:
Kerangka UbD yang disebut Backward Design memiliki tiga tahap dalam mengembangkan kurikulum, antara lain: (1) identifikasi hasil yang diinginkan, pada tahap ini Ubd menekankan aktivitas trasnfer, artinya apa yang dipahami oleh peserta didik ditransfer dalam kehidupannya, sehingga ilmu yang didapatkan dapat digunakan di lingkungan. (2) menentukan bukti yang dapat diterima, pada tahap ini menunjukkan bukti peserta didik telah mencapai hasil yang diinginkan dalam memenuhi standar. Dalam pengumpulan buktinya, guru perlu mempertimbangkan berbagai metode penilaian seperti projek, tes, quiz, portofolio, dan lainnya. Namun metode yang direkomendasikan adalah peer assesment, sebab agar peserta didik mendapat kesempatan terlibat dalam penilaian diri serta teman supaya membantu mengetahui pekerjaannya sudah sesuai serta memenuhi standar. (3) merencanakan pengalaman belajar. Pada tahap ini, guru sebagai fasilitator pembuatan makna serta pelatih yang memberikan feedback dan saran terhadap konten yang efektif sehingga guru bukan satu-satunya sumber belajar.
4. Pembelajaran Bermakna (good practices)
Setelah mempelajari materi pada topik-topik Perancang dan Pengembangan Kurikulum, saya menyadari bahwa sebagai seorang guru perlu belajar untuk mengembangkan kurikulum, sebab guru merupakan salah satu pihak yang terkait dalam mengembangkan kurikulum. Terlebih dalam kurikulum UbD yang masih sangat jarang digunakan di sekolah. Setelah saya mempelajari topik-topik pada mata kuliah Perancangan dan Pengembangan Kurikulum, saya belajar banyak mengenai kurikulum UbD sehingga menjadi ilmu baru bagi diri saya sebagai guru. Maka dari itu, saya ingin belajar menerapkan kukulum UbD di sekolah sebagai perubahan terhadap peserta didik dalam belajar. Hal tersebut dikarenakan UbD merupakan model pengembangan kurikulum yang berangkat dari hasil belajar, yang mana cocok untuk diterapkan sebagai perubahan dalam belajar bagi peserta didik.
Komentar
Posting Komentar